Adat istiadat Jawa Barat yang masih terjaga
Budaya Jawa Barat atau suku Sundan benar-benar sangat menarik untuk diulas bersama. Khusus bagi Anda yang tinggal di luar Jawa Barat, Anda akan melihat daya tarik khusus dari adat istiadat yang dipamerkan. Setiap daerah pada dasarnya memiliki budaya yang diturunkan dari nenek moyang sebelumnya.
Banyak adat istiadat telah ditinggalkan, tetapi ada beberapa yang telah dilestarikan hingga hari ini. Budaya ini berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat Sundan, mulai dari hubungan persaudaraan, pernikahan, penyelenggaraan acara tertentu hingga profesi dalam keluarga. Semua adat istiadat memiliki sejarah yang cukup panjang sejauh ini.
Dari sekian banyakadat istiadat yang dimiliki Jawa Barat, anda akan dikenalkan dengan 5 budaya yang paling sering ditemukan karena masih tetap terjaga hingga saat ini. Mulai dari sistem kekerabatan hingga upacara atau khitanan. Anda akan menemukan keunikan Anda dari budaya Jawa Barat ini.
Blog :
- lenovoweb.com
- isiulangetoll.com
- nnindonesia.com
- 020note.com
- 910sporstwear.com
- butikdaurulang.com
- cancimenfood.com
- capizbalishell.com
- captain-lord.com
- duniaramen.com
- dyandraticket.com
- grandorange-kutabeach.com
- gsl-sby.com
- haiermaxx.com
- inilahbean.com
- johntefon.com
- juwanawaterfantasy.com
- kagum-hotels.com
- molakidskitchenscience.com
- mskabanet.com
- my-ideaction.com
- narpes32.com
- nauherehostel.com
- oakleyvaultindonesia.com
- oracletradingacademy.com
Adat istiadat Jawa Barat pertama yang akan kita bahas terkait dengan sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan yang berlaku di suku Sundan adalah sistem dua sisi yang terdiri dari ayah dan ibu. Seperti budaya lainnya, masyarakat Sunda juga menganggap Anda sebagai kepala keluarga.
Sistem kekerabatan ini juga tidak jauh dari peran Islam yang mempengaruhi budaya di suku Sundan. Ada istilah yang disebut Pankakkaki, yang digunakan untuk menggambarkan hubungan kekerabatan. Bagi Anda orang Sunda, anda pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah ini, karena sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain Panchakaki, Anda juga akan mengenal istilah Sarsila (Silsilah atau Salvilla) dan Sejarah. Kedua istilah ini memiliki arti yang hampir sama, yaitu silsilah atau strain. Ketiga istilah ini sering digunakan dalam membahas sistem kekerabatan yang digunakan oleh masyarakat Sundan.
Masyarakat Jawa Barat juga memiliki panggilan sendiri untuk kerabatnya, seperti ayah, ibu, paman, bibi, saudara laki-laki, saudara perempuan, nenek, kakek, dll. Sistem kekerabatan semacam ini memang dipertahankan hingga saat ini. Jadi, jangan heran jika masih banyak masyarakat Jawa Barat yang memegang sistem kekerabatan ini.
Upacara adat Seren Taun
Budaya Jawa Barat yang tak kalah menarik untuk dipelajari adalah upacara Seren Taun. Budaya tradisional Jawa Barat ini dilakukan dengan mengangkut padi atau sebagai ngangkut pare dari sawah ke lumbung padi (leuit), menggunakan piculan khusus yang disebut rengkong, sambil diiringi kapak musik tradisional.
Pertemuan yang disebut riungan kemudian akan diadakan, dihadiri oleh pejabat pemerintah daerah dan tetua adat atau tokoh masyarakat. Produksi yang dibawa ke upacara di Kota Seren ini merupakan simbol ajakan untuk bersyukur kepada Tuhan atas kehadiran pejabat atau pejabat setempat di wilayah Jawa Barat.
Adat Jawa Barat ini merupakan upacara untuk menyampaikan kabar baik tentang kelimpahan tanaman padi atau tanaman dan kesejahteraan yang dicapai oleh masyarakat selama kurun waktu tertentu. Karena upacara adat ini tidak dilakukan hanya sekali, melainkan pada waktu tertentu sesuai adat istiadat.
Salah satu ciri khas Kota Seren adalah dalam proses seba. Prosesi ini dilakukan dengan menyerahkan seluruh hasil pertanian yang telah diterima, sehingga dapat dinikmati oleh aparat dan tokoh masyarakat yang datang ke acara tersebut. Setiap orang yang datang ke upacara akan merasakan kebahagiaan bersama.
Upacara Tingkeban dari Jawa Barat
Budaya Jawa Barat yang menarik selanjutnya untuk dipelajari adalah upacara Tingkeban. Upacara ini diadakan untuk seorang ibu yang sedang mengandung anak berusia 7 bulan. Upacara Tingkeban ini dilakukan sebagai bentuk memohon keselamatan ibu dan janin yang terkandung dalam perutnya.
Istilah Tingkeban memiliki arti tertentu, yaitu tutup yang berasal dari kata utamanya, Tingkeb. Arti istilah ini menggambarkan seorang ibu yang sedang hamil 7 bulan, tidak diperbolehkan bergaul dengan suaminya. Bahkan, selama 40 hari setelah melahirkan belum diperbolehkan.
Tujuan dari adat Jawa Barat ini adalah untuk mencegah ibu bekerja terlalu keras, karena kandungan yang semakin besar. Seperti diketahui, adanya hubungan suami istri akan membuat ibu kelelahan, dan kebiasaan ini tidak baik untuk kesehatan bayi, dan juga ibu sendiri.
Setelah usia 7 bulan, kandungan ibu akan menjadi lebih berat hingga kemudian lahir. Budaya Jawa Barat bertujuan untuk menjaga kesehatan ibu dan janin di dalamnya agar tidak terjadi hal-hal buruk, sehingga ada aturan yang harus dibuat oleh ibu.
Upacara tradisional liburan laut
Budaya Jawa Barat lainnya yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah upacara adat hari raya maritim. Upacara ini tidak diadakan di sembarang tempat, melainkan di kawasan Pangandaran Ciamis dan kawasan Pelabuhan Ratu Sukabumi. Jika Anda berkunjung ke sini, pastikan untuk melihat upacara adat yang berlangsung.
Upacara pelaut ini digelar sebagai bentuk rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas hasil laut yang diterima. Itulah sebabnya masyarakat yang mengikuti upacara adat ini biasanya adalah nelayan yang menggunakan transportasi laut saat bekerja untuk mencari nafkah bagi keluarganya.
Tak hanya sebagai ungkapan rasa syukur, adat Jawa Barat ini bertujuan dan sebagai imbauan keselamatan bagi nelayan. Meski kondisi laut tidak bisa diramalkan, para nelayan di sekitarnya tetap harus bekerja dengan berlayar di lautan untuk mencari hasil tangkapan sebanyak-banyaknya.
Demi keselamatan para nelayan tersebut, upacara adat ini berlangsung dan agar dapat membawa hasil yang melimpah. Prosesi pemenuhan adat ini sangat menarik untuk dilihat dan dipelajari. Sehingga, tidak ada salahnya datang dan mengikuti upacara adat yang masih dilestarikan ini.
Sepitan atau upacara sunat
Budaya Jawa Barat ini masih berlangsung hingga saat ini, yaitu sepitan atau upacara khitanan. Upacara adat ini dilakukan dalam rangka menghilangkan segala kotoran pada alat vital pengantin sunat sehingga menjadi lebih bersih. Budaya ini juga bisa kamu temukan di beberapa daerah.
Budaya ini juga dikaitkan dengan keyakinan agama Islam, di mana salah satu syarat bagi umat Islam adalah melakukan ritual sunat baik untuk laki-laki maupun perempuan. Upacara ini berlangsung ketika anak laki-laki berusia 6 tahun dan ketika anak perempuan masih bayi, agar tidak khawatir nanti.
Upacara ini biasanya dilakukan dengan undangan paraji khitan, kerabat dan tetangga mempelai wanita sunat. Jadi, akan ada perayaan dalam upacara adat ini agar pengantin sunat merasa bahagia dan bisa menghilangkan rasa sakit setelah tanda-tanda vitalnya dibersihkan sesekali.
Masih banyak adat istiadat dari wilayah Jawa Barat yang masih dipertahankan hingga saat ini dan Anda akan tertarik untuk mempelajarinya lebih lanjut. Jika Anda memiliki keluarga Jawa Barat, Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan beberapa adat istiadat Jawa Barat yang disebutkan di atas.